Sabtu, 26 Maret 2011

Makna dari Falsafah Huruf Jawa


Ha-Na-Ca-Ra-Ka berarti ada “utusan” yakni utusan hidup, berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasad manusia. Maksudnya ada yang mempercayakan, ada yang dipercaya dan ada yang dipercaya untuk bekerja. Ketiga unsur itu adalah Tuhan, manusia dan kewajiban manusia (sebagai ciptaan).


Da-Ta-Sa-Wa-La berarti manusia setelah diciptakan sampai dengan data (saatnya dipanggil) ” tidak boleh sawala ” (mengelak) manusia dengan segala atributnya harus bersedia melaksanakan, menerima dan menjalankan kehendak Tuhan.

Pa-Dha-Ja-Ya-Nya berarti menyatunya zat pemberi hidup (Khalik) dengan yang diberi hidup (makhluk). Maksudnya padha ” sama ” atau sesuai, jumbuh, cocok, tunggal batin yang tercermin dalam perbuatan berdasarkan keluhuran dan keutamaan.
Jaya itu ” menang, unggul ” sungguh-sungguh dan bukan menang-menangan,sekedar menang atau menang tidak sportif.

Ma-Ga-Ba-Tha-Nga berarti menerima segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Maksudnya manusia harus pasrah, sumarah pada garis kodrat, meskipun manusia diberi hak untuk mewiradat, berusaha untuk menanggulanginya.

MAKNA HURUF
  1. Ha : Hana hurip wening suci = Adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci.
  2. Na : Nur candra, gaib candra, warsitaning candara = Pengharapan manusia hanya selalu ke sinar Illahi.
  3. Ca : Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi = Arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal
  4. Ra : Rasaingsun handulusih = Rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani
  5. Ka : Karsaningsun memayuhayuning bawana = Hasrat diarahkan untuk kesejahteraan alam
  6. Da : Dumadining dzat kang tanpa winangenan = Menerima hidup apa adanya
  7. Ta : Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa = Mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup
  8. Sa : Sifat ingsun handulu sifatullah = Membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan
  9. Wa : Wujud hana tan kena kinira = Ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas
  10. La : Lir handaya paseban jati = Mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi
  11. Pa : Papan kang tanpa kiblat = Hakekat Allah Swt. yang ada disegala arah
  12. Dha : Dhuwur wekasane endek wiwitane = Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar
  13. Ja : Jumbuhing kawula lan Gusti = Selalu berusaha menyatu, memahami sifat dan kehendak Allah Swt.
  14. Ya : Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi = Percaya dan Yakin atas titah / kodrat Illahi
  15. Nya : Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki = Memahami kodrat kehidupan
  16. Ma : Madep mantep manembah mring Ilahi = Yakin/mantap dalam menyembah Ilahi
  17. Ga : Guru sejati sing muruki = Belajar pada guru nurani
  18. Ba : Bayu sejati kang andalani = Menyelaraskan diri pada gerak alam
  19. Tha : Thukul saka niat = Sesuatu harus dimulai dan tumbuh dari niat yang suci
  20. Nga : Ngracut busananing manungso = Melepaskan egoisme pribadi manusia.

Adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci – pengharapan manusia hanya
selalu ke sinar Illahi – satu arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal – rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani – hasrat diarahkan untuk kesajetraan alam – menerima hidup apa adanya – mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup – membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan – ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas – mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi – Hakekat Allah yang ada disegala arah – Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar – selalu berusaha menyatu, memahami sifat dan kehendak Nya – percaya dan yakin atas titah / kodrat Illahi – memahami kodrat kehidupan – yakin / mantap dalam menyembah Ilahi – belajar pada guru nurani – menyelaraskan diri pada gerak alam – sesuatu harus dimulai – tumbuh dari niat yang suci – melepaskan egoisme pribadi manusia

Hanacaraka atau dikenal dengan nama caraka adalah abjad / alat tulis yang digunakan oleh suku Jawa (juga Madura, Sunda, Bali, Palembang, dan Sasak). Aksara Jawa bila diamati lebih lanjut memiliki sifat silabik (kesukukataan). Hal ini bisa dilihat dengan struktur masing-masing huruf yang paling tidak mewakili 2 buah huruf (aksara) dalam huruf latin. Sebagai contoh aksara Ha yang mewakili dua huruf yakni H dan A, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata “hari”. Aksara Na yang mewakili dua huruf yakni N dan A, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata “nabi”. Beberapa buah aksara itu bisa digabungkan secara langsung untuk membentuk sebuah kata. Bila diucapkan, susunan aksara tersebut dapat membentuk kalimat:

Hana Caraka (Terdapat Pengawal);
Data Sawala (Berbeda Pendapat);
Padha Jayanya (Sama kuat/hebatnya);
Maga Bathanga (Keduanya mati).

(Sumber:Macem2 copas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar