Minggu, 05 Juni 2011

Belajar Renang, Belajar Hidup ; Belajar Filosofi


Apa hubungannya hayoo?? Jadddiii, sebenarnya dalam apapun hal yang kita lakukan, lalui, atau amati dalam hidup, tersimpan sejuta makna yang dapat memperkaya kita sebagai manusia. Dengan catatan, asal kita mau membuka indera, pikiran, dan hati lebar-lebar untuk menangkap makna-makna itu. Itulah sebabnya Rasul saw bilang, “Hikmah itu milik orang mu’min yang hilang; di manapun ia menemukannya, ia berhak atasnya”, kira-kira demikian.


Begitupun dengan renang. Konon katanya, renang itu adalah olahraga yang paling baik. Itulah mengapa Rasulullah Muhammad saw menganjurkannya. Dan kata Umar Bin Khaththab sang jagoan,


“Ajarilah anakmu berenang sebelum menulis. Karena ia bisa digantikan orang bila tidak bisa menulis, tapi ia tidak bisa digantikan orang lain bila tidak bisa berenang”.


Ih wow, saya bahkan baru tau ketika membaca bukunya Anis Matta. Tapi sayangnya renang bukan olahraga paling murah. Hehe… renang juga olahraga yang paling menyenangkan karena kita bermain dengan sejuknya air. Jadi ingat waktu SD dulu, ketika guru saya bertanya siapa yang hobi renang, semua anak mengacungkan tangannya, kecuali satu. Sisanya, menganggap aneh 1 anak yang tidak suka renang itu. Olahraga apa coba yang bikin capek tapi tidak membuat kita berkeringat? Ya renang lah ;D


Berbekal nguping waktu seorang pelatih sedang mengajari ibu-ibu bagaimana mengajari anaknya berenang, saya mencoba mempraktekkan beberapa hal pada orang-orang yang mempercayakan saya sebagai pelatihnya (contoh: ibu saya dan temannya). Ketika seseorang baru pertama kali belajar renang, pertama-tama sekali, ia harus dikenalkan dulu dengan ‘dunia barunya’: air. Caranya, dalam posisi berdiri (boleh berpegangan pada dinding kolam), celupkan muka ke dalam air dengan mata terbuka, lalu lihatlah kakimu sendiri di dalam air itu. Ingat, mata harus terbuka. Lakukan beberapa kali, hingga anda/ia terbiasa dan tidak ‘takut’ lagi dengan air.


Filosofinya, sebelum kita dapat beraktivitas dengan leluasa dalam hidup, kita harus kenali dulu sekeliling kita, mengakrabinya. Kita tidak akan menikmati suatu suasana kalau kita takut menghadapinya kan? Membuka mata di dalam air ketika renang merupakan hal yang penting, karena dengan demikian kita baru akan bisa “menikmatinya”. Aku pernah iseng mengerjai teman yang sudah bisa meluncur. Kuminta ia meluncur sejauh jarak antara aku dan dia. Ketika hampir sampai, aku mundur, mundur, mundur, ada yang aneh. Kok, gak ada yang protes ya? Ternyata selama di dalam air dia merem! Tidak sadar aku kerjain. Pantas saja lama bisanya karena ia masih ‘panik’ dengan air. Kenali dulu dunia kita, buka mata, nikmati sensasinya ;D


Kedua, kita harus percaya pada air. Trust. Yang harus dipahami adalah bahwa, air itu sebagaimana kita memperlakukannya. Seperti halnya manusia, air juga butuh ditsiqohi (akhirnya terjawab di sini, haha..) Kalau kita percaya air tidak akan menenggelamkan kita, ya air akan mengambangkan kita. Biasanya cara untuk membuat orang yang masih sangsi dengan hal itu adalah dengan menenggelamkan diri kita sendiri sambil menahan napas, tanpa melakukan perlawanan apapun terhadap air, pasrah saja. Lalu, air akan mengambangkan tubuh kita dengan sendirinya. Yah, seperti, maaf ya, mayat yang mati di air dan telah mengapung.


Nah, analoginya, mengapa mayat bisa mengapung, alih-alih tenggelam? Jawabannya karena, ia pasrah, tidak memberikan perlawanan apapun pada air di sekelilingnya. Dan air pun tidak melawan… Filosofinya, ternyata dalam hidup, banyak kejadian yang tidak mengenakkan ternyata dimulai oleh diri kita sendiri: prasangka. Kita takut orang akan jahat atau mencurangi kita, maka kita membuat semacam pertahanan diri darinya. Akhirnya jadi sinis-sinisan deh. Padahal kan belum tentu.


Nnaaahh, yang terakhir, dari saya si pelatih gadungan (oleh karena itu boleh percaya boleh juga tidak, hehe..), renang itu mengajarkan kita untuk bahagia. Mengajar kita bagaimana menikmati masalah-masalah yang mendera dalam hidup. Seperti telah dibahas sebelumnya, kita tidak akan bisa menikmati kalau kita panik. Iya kan?! Dalam belajar renang, kita belajar untuk tenang di dalam air, hingga kita mampu sepenuhnya mengontrol pikiran dan gerak anggota tubuh kita. Waktu saya belajar sih, saya menenangkan diri saya sendiri dengan berpikir, “Tenang Farah, ga ada hiu, ga ada hiu…”


Sebenarnya untuk poin terakhir ini, saya terinspirasi dari 3 orang sahabat. Ketiganya sama-sama belajar renang dengan pelatih yang sama, bayaran yang sama, dan jumlah jam latihan yang sama. Dua di antaranya sudah sangat pandai berenang, namun 1 sisanya, dari mulai pertama kali saya belajar sampai beberapa bulan saya bisa setelahnya, dia masih saja belum bisa. Menurut kedua sahabatnya sih, dia masih saja sering takut ketika berada di air. Mereka bilang, “Dia memang sehari-hari juga gitu, banyak takut, orangnya”. Oh, kasihan sekali, pikirku. Ketika mereka bertiga berada di tepi kolam dan mengobrol, tidak sengaja saya mendengar 2 orang yang sudah bisa itu mengkritik sahabatnya, kira-kira begini, “Makanya lo tuh ga bahagia kan? Jujur deh, lo pasti ga bahagia selama hidup ini”… Hiks, jadi nelangsa sendiri gue dengernya T_T.


Yah teman, itu saja dulu ya. Semoga bermanfaat, dan Selamat berbahagia! ;D 


(Alhamdulillah,

akhirnya kelar juga nih tulisan)
Bekasi, 16 Mei 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar